Minggu, 01 Desember 2013

tulisan 6 bahasa indonesia 1

Malam ini seusai mengajar les, saya menyempatkan diri mampir ke salah satuswalayan untuk berbelanja hasil bumi yang akan saya masak keesokan harinya. Ketika sedang mengantri di kasir, mataku tertuju pada batangan-batangan milo choco bar. Terbayang dalam pikiranku betapa nikmatnya coklat tersebut. Akhirnya berpindahlah sebatang milo choco bar dalam keranjang belanjaanku. Milo choco bar adalah yang pertama kali di scan. Lalu beranjak pada hasil bumi yang kubeli. Ternyata ada masalah pada komputer sehingga scanning barcode diulang. Lalu kasir yang melayaniku pergi sejenak untuk mencari kode hasil bumi yang kubeli. Dan kulihat daftar belanjaanku di layar monitor. Milo choco bar luput dari scanning!!!! Padahal dia sudah terbaring dengan manisnya dalam kantong belanjaanku. Pikiranku lalu mulai bermain. “Bilang tidak ya… Lumayan bisa dapat milo choco bar gratis.. Jangan!!! Melanggar sila lo… Masa mau mencuri? Bilang… tidak… bilang… tidak…” Pikiran ini bermain hingga sang kasir kembali dan menyelesaikan scanning barcode. ”Dua puluh lima ribu, Mbak,” ujar kasir tersebut. Pikiranku masih berkecamuk liar. Akhirnya… “Mbak, kayaknya milo choco barnya belum dihitung deh,” ujarku seraya mengeluarkan milo choco bar dari kantong belanjaan. “Oh iya…” Ada sejumput rasa puas dan senang karena telah melakukan yang benar. Ketika dalam perjalanan pulang, saya mampir ke salah satu rumah makan cepat saji. Di depan pintu kulihat dua anak laki-laki kecil duduk sambil memeluk beberapa eksemplar koran. Waktu menunjukkan telah lebih dari pukul 19.30. “Beli korannya, Mbak.” “Ga, Dek,” ujarku sambil tersenyum. Singkat.. sangat singkat pikiranku kembali bermain dan menghentikan langkahku untuk memasuki rumah makan itu. Tak sempat kuselidiki pikiran apa saja yang muncul. Kuambil sebatang milo chocobar dari kantong belanjaku dan kuberikan padanya. Anak itu tersenyum menerimanya. Sembari makan, pikiranku kembali bergejolak. “Harusnya tadi kasih uang aja. Kayaknya lebih butuh uang daripada coklat.” “Siapa tahu dia belum pernah makan coklat, mana tahu kalau dia pulang nanti bisa dibagi ke saudara-saudaranya. “ “Harusnya tadi beli dua coklatnya. Jadi temannya yang satu lagi bisa dapat.” “Apa beliin dia makanan aja ya buat dibawa pulang. Mungkin orang tuanya senang.” Entahlah… Semua hanya spekulasi pikiran. Fakta sebenarnya hanya diketahui oleh sang anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar